Sabtu, 17 Desember 2011

2 x 24 jam

Minggu, 24 Oktober 2010

saya beserta teman - teman saya seperjuangan ( baca: taekwondo ) sedang bersiap untuk mengikuti ujian kenaikan sabuk di salah satu universitas ternama Surabaya.

bla..bla..bla..
ujian dilakukan. lelah, bosan, menunggui rekan-rekan berjuang mendapatkan suatu bentuk peng ‘ iya ‘ an naik tingkat. tapi cukup senang karena untukpertama kalinya saya menjadi penonton yang lumayan rese’ saat itu.
waktu berlalu. akhirnya kelar.

pembagian kelompok menuju smasa pun dibentuk. saya kebetulan bertugas membonceng 2 rekan saya.
membayangkan betapa jauhnya perjalanan pulang sudah cukup membuat saya mual. ditambah saya tidak hafal jalan pulang.  cukup membuat perasaan saya tidak  membaik. beruntung satu motor mengerti rute pulang. dan tugas saya adalah mengikutinya.

tapi, agaknya nasib tidak mengijinkan saya untuk lega dulu.


jln.Mayjend Soengkono, lampu merah, pertigaan.

dikarenakan terlalu fokus dengan motor teman saya yg melaju di depan, saya tidak memperhatikan traffic light. polisi pun dengan sadisnya memberhentikan motor saya. teman saya, lolos. saya, tidak.
dengan mendengarkan ceramah dari petugas yg bersangkutan, dan mengerti akan berakhir kemana hal ini, saya pun segera mengakhirinya dengan memberikan sejumlah uang.

selesai. tilang pertama.
dengan kondisi mengenaskan. buta arah dan kelaparan. nekat mengikuti alur jalan raya. beruntung. agaknya sedikit menemukan titik terang.
yeah, jl. Raya Darmo di depan mata.

seperti seorang juara yang hendak menerima medali, saya pun memacu motor saya dengan garang.
terlalu garang. hingga tak melihat rambu, lagi. seorang polisi yang memang sedang berjaga disana dengan sigap menghentikan motor saya.  dengan wajah blo’on. memang tidak tau apa-apa, saya bertanya,

“ada apa ya pak  ?”
“itu ada rambu ngga boleh lurus kok nekat lurus aja toh mbak .  sini saya periksa surat-suratnya !”
“apa?”

dengan gemetar saya memberikan surat-surat yg dimaksud.berharap semoga tidak lagi rupiah keluar dari kantong kami.

” haduu bapak. maaf sekali. saya sebenarnya tidak tau jalan. makanya jadi bingung. maaf bapak. ” elak saya
” mbaknya, mau kemana darimana toh ?” tanya si bapak
” ini lo pak, saya nganterin temen saya ujian taekwondo di UN***A, saya mau ke sman 1. tapi ngga tau jalan. mohon bantuannya pak.” 

saya berusaha sekali menampilkan sosok yg merana.
berharap si bapak percaya. tik . . tik. . tik . .
dan,,
“oo begitu. yasudah mba lain kali perhatian ya mba. kalo mau ke sma 1 lurus aja . nanti tembus jalan basuki rahmat. ”
“wah terima kasih sekali pak. maaf merepotkan ” basa basi busuk saya.
” iya sama sama mbak ”

tilang kedua .
setelah itu beruntung tidak ada tilang ketiga.

jika ditilik-tilik. sebenarnya awal dari tragedi penilangan saya ini adalah teman saya yang tega membiarkan saya tertangkap. dan dengan sadis pula menelantarkan saya membuta di jalan raya.
jika saya bukan manusia berhati nurani, mungkin sudah saya hukum dia dengan 100 set push-up sit-up back-up.

beruntunglah kau teman, karena saya memang baik hati.
tapi, kalian harus tetap mengembalikan rupiah kami .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar